You need to enable javaScript to run this app.

Perkuat Penguasaan Bahasa Jepang, Siswa SMAN 1 Kintamani Dilibatkan LAngsung dalam Penerimaan Mahasiswa Bunkyo University

  • Jum'at, 25 Agustus 2023
  • humas
  • 0 komentar
  • 538 kali
Perkuat Penguasaan Bahasa Jepang, Siswa SMAN 1 Kintamani Dilibatkan LAngsung dalam Penerimaan Mahasiswa Bunkyo University

Sebagai upaya mendukung kerjasa sama di bidang pendidikan, SMAN 1 Kintamani sudah menjalin Mou dengan Jepang sejak tahun 2009 hingga saat ini. Salah satunya dengan mahasiswa dari Universitas Bunkyo Japan. Pada Kamis, 24 Agustus 2023 sebanyak 16 orang mahasiswa Bunkyo, Jepang, berkunjung ke SMAN 1 Kintamani. Tujuannya untuk studi banding. Menurut Agus Susanto, yang menjadi pemandu sekaligus Ketua Program direktur Yayasan Balibidiversitas mengatakan bahwa ada banyak yang akan dikenalkan kepada mahasiswa jepang ini di SMAN 1 Kintamani, seperti budaya “megamel” menari, observasi ruang karya seni hasil kerajinan siswa, dan budaya Bali pada umumnya. Sementara itu, para siswa dikenalkan mengenai budaya jepang termasuk cara membuat oraigami. 

Melalui kegiatan ini para siswa dapat belajar banyak hal tentang bahasa, komunikasi, dan budaya jepang untuk membangun konsep berkebhinekaan global. Begitu juga dengan mahasiswa jepang dari Universitas Bunkyo ini banyak mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai budaya Bali di SMAN 1 Kintamani yang dikenalkan oleh para siswa dan guru secara langsung. Kerja sama ini akan terus berlangsung guna menguatkan dan pembentukan karakter kerja sama yang bersifat berkebhinekaan global melalui lembaga pendidikan formal.

Setelah berkunjung ke SMAN 1 Kintamani, rombongan Mahasiswa Bunkyo, selanjutnya mengunjungi desa Banua, kintamani. Di Banua rombongan bertemu dengan gapoktan untuk mengobservasi kebun warga. Rombongan mahasiswa jepang akan berbaur dengan warga “gapoktan” untuk memperoleh keterampilan mengenai sistem pertanian yang ada di desa Banua, termasuk juga belajar mengenai pembuatan kertas dengan daun praksok yang ada di Banua. Dengan ini, desa tidak hanya menjadi tempat persinggahan untuk dilihat sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek yang dijadikan sumber belajar oleh pihak luar. (Kontributor, Eka Adheyana)

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar